Allah sudah menggariskan jodoh setiap manusia sejak dia lahir ke bumi. Meski demikian, Allah tetap menyuruh manusia berusaha mendapatkan jodoh yang melengkapi hidupnya.
Dalam agama Islam, ada cara yang biasa dipergunakan kaum dewasa untuk mencari pasangan hidup. Yakni dengan metode taaruf, yang artinya perkenalan.
Metode taaruf sebenarnya tak jauh beda dengan masa-masa pedekate alias pendekatan. Masa taaruf, dua orang lawan jenis muslim melakukan penjajakan dengan orang yang sebelumnya belum dia kenal dekat. Selama masa penjajakan itu, juga dua orang yang melakukan taaruf akan dibantu seorang mediator. Ketika salah satunya merasa tidak sreg, maka masa perkenalan itu boleh dihentikan.
"Sebenarnya pilihan saya Taaruf itu salah satunya karena basic keluarga juga. Tapi lebih dari itu, selama 20 tahun (sebelum menikah) saya hidup sangat sadar bahwa kebanyakan orang yang kita kenal luarnya saja dan akan beda jauh ketika di dalam rumah tangga," kata Ira (bukan nama sebenarnya) yang memilih metode taaruf ketika mencari teman hidup. Hal itu disampaikan Ira saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (25/11).
Ira sadar meski taaruf sangat dibenarkan oleh agaman Islam, tapi tetap saja ada kendala yang dihadapi. Apalagi kita tidak mengenal sama sekali seperti apa wajah atau karakter orang tersebut.
"Sebenarnya kacamata orang awam, metode ini sama dengan beli kucing dalam karung. Sebab banyak yang harus diperhatikan, dipertimbangkan, diinvestigasi seperti apa orang yang akan diperkenalkan. Tapi saya serahkan ke Allah saya minta yang terbaik. Toh mengenal di luar tidak menjamin, malah muncul penilaian dengan kecendrungan yang membutakan mata. Misal tidak bisa melihat pasangan kita secara netral," jelas ibu satu anak ini.
Selain karena ingin melihat karakter pasangan lebih netral, alasan lain Ira memilih taaruf karena saat usianya 20 tahun, dia berniat ingin menikah di umur 22 tahun. Dan secara tidak sengaja pula, proses taaruf itu mulai dilakukan di umur 21 tahun.
"Dalam doa saya waktu ummur 20 itu, umur 22 saya siap nikah, dan doa saat itu Alhamdulillah, terkabul," kenangnya.
Ira pun membagi sedikit kisahnya bersama suami saat memilih metode taaruf untuk mencari pasangan hidup. Saat memulai proses itu, kata Ira, satu yang selalu dia camkan di benaknya bahwa dia hanya berusaha dan menyerahkan jodoh hidupnya pada Allah semata.
"Saat umur 21 tahun, saya punya kenalan yang rupanya satu organisasi di SMA dengan saya. Nah saat itu tiba-tiba dia SMS saya yang isinya lebih kurang begini 'Assalamualaikum wr wb Ira, berdasarkan hasil diskusi antara ustad dan guru ngaji saya ada yang perlu saya tanyakan, apakah sedang dalam masa pinangan atau sudah dikhitbah orang lain', nah saat itu saya tidak langsung jawab," cerita Ira.
Mendapatkan pesan demikian, Ira langsung berkonsultasi dengan guru ngajinya apa maksud pertanyaan dalam pesan singkat itu. Tak lama kemudian, si pria itu kembali mengirim pesan dan mengajak ira ber-taaruf.
"Nah karena sebelumnya saya tidak kenal secara personal dengan dia, saya memilih seorang mediator yang kebetulan teman saya sendiri yang sudah menikah. Mediator inilah yang alat komunikasi kita sampai masa khitbah," tambahnya.
"Akhir Januari 2011 kita via mediator saling bertukar curriculum vitae (CV). Mirip kaya CV ngelamar kerja, ada foto, biodata, data keluarga, karakter sifat masing-masing ingin seperti apa kriteria pasangan, dan bagaimana konsep pernikahan yang diinginkan. Setelah mediator memberikan CV kita, lalu kita diberi waktu berpikir ulang sampai waktu yang tidak ditentukan," jelasnya.
Keduanya berhak menolak dan tidak melanjutkan masa perkenalan ini. Saat itu, Ira benar-benar berkonsultasi pada banyak orang soal pria yang mengajaknya taaruf.
"Dan setelah saya konsultasi ke keluarga, teman-teman dia, lalu saya salat istikharah, akhirnya saya memutuskan lanjut ke tahap berikutnya yaitu nazhar," kata Ira.
Nazhar adalah proses saling melihat antara dua orang yang selama ini melakukan ta'aruf. Dalam tahap ini, Ira, mediator dan yang bersangkutan dipertemukan secara fisik dan mendiskusikan apa yang dimuat di CV. Setelah itu, mediator akan bertanya kembali apakah ingin dilanjutkan proses atau tidak. Kalau lanjut, pihak laki-laki langsung ditanyakan kapan orang tua akan mendatangi rumah wanita untuk silaturhami. Waktunya tidak boleh terlalu lama.
"Karena idealnya, taaruf itu 3-6 bulan. Nah kemudian, setelah ada kesepakatan kapan orang tua laki-laki ke rumah, saat itulah tugas si mediator selesai," ungkap wanita lulusan perguruan tinggi negeri ini.
Setelah silaturahmi ditentukanlah tanggal lamaran, kemudian melakukan proses lamaran dan menikah. Ira sendiri menghabiskan waktu lebih kurang 6 bulan sejak proses taaruf dimulai sampai akhirnya dia menikah.
Proses yang singkat memang. Tapi, Ira mengaku sangat yakin dengan pria yang dikenalnya lewat metode taaruf.
"Dengan dia gaya komunikasi kita mirip, dan dari awal gak ada masalah komunikasi dan karakternya lebih sabar. Selain itu, suami juga saat itu mencari partner rumah tangga yang juga bisa jadi partner kerja dan sejauh ini sesuai ekspektasi," ungkapnya.
Kini pernikahan mereka memasuki usia satu tahun lebih. Saat ini keduanya juga sudah dikaruniai seorang bayi mungil berumur empat bulan.
"Dia melengkapi, tidak banyak menuntut dan fleksibel. Alhamdulillah," katanya mengakhir berbincangan dengan suara bahagia.
0 Response to "Taaruf, mencari pasangan hidup secara Islami"
Post a Comment