Ada beberapa dalil yang menunjukkan bahwa al-Quran turun dengan 7 huruf,
Pertama, hadis dari Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu,
Ketika shalat, beliau mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat al-Furqan dengan kalimat yang berbeda dengan apa yang pernah dia dengar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Selesai shalat, Umar melaporkan bacaan Hisyam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللّهِ إِنّي سَمِعْتُ هَذَا يَقْرَأُ سُورَةَ الْفُرْقَانِ عَلَىَ غَيْرِ مَا أَقْرَأْتَنِيهَا
Ya Rasulullah, saya mendengar orang ini membaca surat al-Furqan
dengan bacaan yang berbeda dengan apa yang anda ajarkan kepadaku.Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh Hisyam untuk membaca surat al-Furqan. Selesai membaca, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
هَكَذَا أُنْزِلَتْ
“Sama seperti yang diturunkan.”Kemudian Umar disuruh membaca. Selesai membaca, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Sama seperti yang diturunkan.”
Lalu beliau bersabda,
إِنّ هَذَا الْقُرْآنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ. فَاقْرَأُوا مَا تَيَسّرَ مِنْهُ
“Sesungguhnya al-Quran diturunkan dengan 7 huruf. Karena itu, bacalah dengan cara yang paling mmudah bagi kalian.” (HR. Bukhari 4992 & Muslim 1936).Kedua, hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَقْرَأَنِي جِبْرِيلُ عَلَى حَرْفٍ فَرَاجَعْتُهُ فَلَمْ
أَزَلْ أَسْتَزِيدُهُ وَيَزِيدُنِي حَتَّى انْتَهَى إِلَى سَبْعَةِ
أَحْرُفٍ
“Jibril membacakan al-Quran kepadaku dengan satu huruf. Lalu aku
mengulanginya. Akupun terus minta agar ditambah, dan beliau memberikan
tambahan, hingga selesai sampai 7 huruf.” (HR. Bukhari 4991 & Muslim 1939).Ulama berbeda pendapat apa yang dimaksud al-Quran turun dengan 7 huruf. Al-Hafidz Ibnu Hajar mencatat, di sana ada kurang lebih 35 pendapat tentang makna hadis ini.
Selanjutnya al-Hafidz menyebutkan 2 pendapat yang paling menonjol,
Pertama, bahwa yang dimaksud al-Quran turun dengan 7 huruf adalah 7 kata sinonim yang maknanya sama, meskipun dari satu bahasa. Ini adalah pendapat mayoritas ulama.
Mereka berdalil dengan peristiwa yang dialami Umar dan Hisyam radhiyallahu ‘anhuma. Kedua sahabat ini adalah orang quraisy, sehingga bahasanya sama. Namun terkadang ada kata yang memiliki beberapa sinonim, yang itu menjadi titik perbedaan antara bacaan Umar dan Hisyam.
Kedua, bahwa yang dimaksud 7 huruf adalah 7 dialek bahasa arab. Artinya, di sana ada sebagian ayat yang berbahasa Quraiys, ada yang berbahasa Hudzail, ada yang berbahasa Hawazun, ada yang berbahasa Yaman, dan bahasa arab lainnya.
Ini merupakan pendapat Abu Ubaid al-Qosim bin Sallam, dan yang dinilai kuat oleh Ibnu Athiyah. (Fathul Bari, 9/26).
Mereka berdalil dengan peristiwa kodifikasi al-Quran di masa Utsman radhiyallahu ‘anhu, yang intinya adalah menyatukan bahasa al-Quran. Ketika itu, Utsman memerintahkan 4 sahabat, 3 dari quraisy dan 1 dari anshar. Yang tentu saja, dialek bahasa mereka ada yang berbeda.
Abdullah bin Zubair, Said bin al-Ash, dan Abdurrahman bin al-Harits, mereka dari quraisy. Sementara Zaid bin Tsabit, dari anshar.
Utsman berpesan kepada 3 orang yag dari Quraisy:
إذا اختلفتم أنتم وزيد بن ثابت في شئ من القرآن فاكتبوه بلسان قريش؛ فإنه أكثر ما نزل بلسانهم
Jika kalian berbeda pendapat dengan Zaid bin Tsabit dalam teks
al-Quran maka tulislah dengan bahasa Quraisy, karena mayoritas al-Quran
turun dengan dialek bahasa quraisy. (HR. Bukhari 4987).Catatan:
Pertama, bahwa adanya 7 bahasa ini adalah atas permintaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mengingat orang arab yang membaca al-Quran, dialegnya beda-beda. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis di atas,
“Akupun terus minta agar ditambah, dan beliau memberikan tambahan, hingga selesai sampai 7 huruf…”
Kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta adanya 7 dialek bahasa dalam al-Quran, tujuannya adalah untuk memudahkan bagi umatnya.
Sebagaimanya dinyatakan dalam hadis Umar,
“Sesungguhnya al-Quran diturunkan dengan 7 huruf. Karena itu, bacalah dengan cara yang paling mmudah bagi kalian.”
Ketiga, membaca al-Quran dengan salah satu dari 7 dialek tersebut, statusnya dibenarkan.
Keempat, pertimbangan Utsman dengan menyatukan dialek bahasa al-Quran adalah untuk menghindari perpecahan di tengah kaum muslimin. Sebagaimana laporan sahabat Hudzaifah bin al-Yaman, sepulang beliau dari Azerbaijan.. dan ini disetujui oleh para sahabat, termasuk Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Beliau mengatakan,
والله ما فعل الذي فعل في المصاحف إلا عن ملاء منا
Demi Allah, Utsman tidak melakukan penyatuan dialek bahasa mushaf itu
kecuali setelah beliau meminta pertimbangan kepada para sahabat. (HR.
Abu Daud dalam al-Mashahif, hlm. 12).
0 Response to "Apa yang Dimaksud al-Quran Turun dengan 7 Bahasa?"
Post a Comment